- Nawawi Hakimis mantaaap.
akhy Alfarisi Kluetku, waktu shubuh pun mesti diKOREKSI kembali.
Sudah kah waktu ghalas didapati sesuai dengan imsakiyah versi ahli hisab...?28 July at 11:42 · · 1 - Alfarisi Kluetku Tgk Nawawi Hakimis almusykilah mazidah kaman hehe...28 July at 11:45 · · 1
- Nyak Cut mantap. . . . . semua harus di tinjau kembali.28 July at 11:46 via Mobile ·
- Alfarisi Kluetku Yg sdh jelas dlm ktb2 yg kaleuh tabaca bhwa waktu puasa MULAI TERBIT FAJAR(saadiq) HINGGA TERBENAMMNYA MATAHARI. Kiban Tgk Nawawi Hakimis nyoe menan...28 July at 11:49 · · 1
- Azam HM alhamdulillah..!
makasih bang..
dulunya sempat bingung juga ttng ne,
alhamdulillah sekarang dah da jawabannya... - Alfarisi Kluetku Sehemat saya mengenai Ilat(alasan) NIAT PUASA tdk menyertai dg perbuatan (yaitu niat yg seharusnya menyertai dg terbitnya fajar sadiq) YAITU GHAIRU IMKAN/tdk mungkin. APAKAH ADA KAITANNYA DG IMSAK...???
- Azam HM jadi,,
apa hukumnya membuat imsakiyah..?? - Mukhlisuddin Marzuki Kita setuju dg argumen, mulai puasa saat terbit fajar...dan imsak adalah bid'ah (menrt saya itu bidah hasanah, nant ada alasannya).
Jika berpatokan saat mulai puasa dg kumandang azan..sya kurang setuju..krna kdgkala...azan dilakukan stelah terbit fajar dg selang waktu hingga 5 menit, tergantung kesiapan muazzin.
Terkait dg Istilah Imsak yg kita dengarkan itu adalah salah satu ihtiyad dalam ibadah....dimana dg adanya imsak, yg berpuasa sudah tau batas boleh makan minum...dan tetap bukan imsak sebagai awal berpuasa..tapi...terbit fajar. - Alfarisi Kluetku 1. Bid'ah Hasanah 2. Ihtiyad dalam ibadah(Berhati-hati dlm ibadah)
- Alfarisi Kluetku kiban pemahaman sebenarjih hadist nyoe عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ بِلاَ لاً يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَشْرَبُوا حَتَّى تَسْمَعُوا تَأْذِيْنَ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ فَإِنَّهُ لاَ يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلَعَ الْفَجْرُ
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Apabila Bilal memperdengarkan adzan pada malam hari, makan dan minumlah sehingga kamu mendengar adzan yang akan diperdengarkan oleh Ibnu Ummi Maktum, karena dia tidak mengumandangkan adzan hingga terbit fajar.’” (HR. Muttafaqun ‘alaih) - Nawawi Hakimis Hasil pantauan sementara (belum berkeseimpulan) saat ghalas adalah sekitar 25-30 menit setelah waktu shubuh dalam imsakiyah
Wallahu A'lam.28 July at 13:03 · · 1 - Alfarisi Kluetku ya, tpi udh agak mengkrucut bhwa imsakiyah bukan sunnah namun Bid'ah Hasanah dan demi Ihtiyad dalam ibadah. Lantas apakah dlm hal masuknya waktu puasa itu disunatkan agar ada Ihtiyad??? Kiban Tgk Mukhlisuddin Marzuki
- Mukhlisuddin Marzuki Secara dhahir Nash hana merempok dlm kitab...tapi secara aql....lon rasa perlu ihtiyad..krna...terbitnya fajar bukanlah suatu yg konkrit /tahdidiyah....makanya untuk bek sampee hana saha puasa..lebeh goet ta peaway menahan diri dari makan minum...
- Alfarisi Kluetku apakah tdk termasuk mengada2 hal yg tdk disyariatkan atau disunnahkan?
- Nawawi Hakimis Yang leubeh parah na kaeuh hana shah shalat shubuh dum. karena syarat shah shaat na keuh turi watee dst
- Alfarisi Kluetku yaya...bagiamana Tgk Ibnu Ali tentang ihtiyad dlm menentukan awal waktu puasa/imsak..mungkinkah perkara ini bagian dari "dak maa yaribuka ila maa la yaribuka" atau kemana bisa di ilhaq masalah ini...
- Mukhlisuddin Marzuki Guree Nawawi/...maksudnya?...28 July at 13:56 via Mobile ·
- 'Muhammad Iqbal Jalil ikhtiath untuk imsak sangat diperlukan, karena jadwal shalat subuh sendiri telah ditambahkan dengan waktu ikhtiath selama 2 menit sesuai dngan rumus penentuan waktu shalat dalam ilmu falaq. jadi azan subuh yg dikumandangkan dngan berpedoman pada jadwal shalat telah lewat dari waktu yg sbnrnya karna ditambah waktu ihtiath. jadi bila kita imsak bersamaan dngan azan subuh, maka kita sebenarnya baru melakukan imsak setelah terbit fajar.
mengenai penentuan imsak yg dikurangi waktu ikhtiath dianggap bid'ah hasanah saya pikir perlu ditinjau kembali, karena ada dasar hadist ttg perintah berikhtiath,
soe meuen bineh mon takot2 rhet lam mon. . . - Mukhlisuddin Marzuki Alhamdulillah..pendapat tgk Iqbal...rasanya cocok..28 July at 23:39 via Mobile ·
- Mukhlisuddin Marzuki Alhamdulillah..pendapat tgk Iqbal...rasanya cocok..
- Alfarisi Kluetku mhn di share teks kitabnya atau hadist yg berkenaan dg ihtiath...
- Aneuk Sh Keu seubagai pencerahan lipeh mantog, nyo na bcut sang tentang kajian hadist dan kitab2 ulama mazhab yg patut ta pertimbangkan dong2 na matan kitab yg asli..he..he..
as-salafiyyah.blogspot.com/2010/08/ bolehnya-imsak-menurut-fatw a-para-ulama.html?m=1 - Alfarisi Kluetku BAGAIMANA SEBENARNYA HUKUMNYA BER-IMSAK TERSEBUT?
Berikut kami tampilkan fatwa Habib Umar bin Hafidz, seorang ulama ahlus sunnah waljamaah.
Pertanyaan:
Banyak orang yg makan sampai waktu adzan tiba, yaitu ia tidak berimsak kecuali tatkala mendengar adzan. Apakah hal ini diperbolehkan atau dia wajib berimsak sebelumnya?
Jawaban:
Tidak diragukan lagi bahwa ber-imsak itu lebih afdhal. Selama belum terbitnya fajar diperbolehkan baginya untuk makan apa yang dikehendakinya. Akan tetapi berhati-hati dengan imsak sebelum azan dengan (untuk menjaga) satu jangka masa adalah baik. Apabila seseorang sampai fajar telah terbit lalu dia makan dan minum, kemudian ternyata perbuatannya itu (yakni makan/minumnya tadi) berlaku setelah terbit fajar, maka berdosalah dia dan wajib atasnya untuk berpuasa sehari sebagai ganti puasanya hari tersebut (yakni apabila nyata bahawa dia telah makan dan minum setelah fajar terbit, maka dia berdosa dan wajib qadha).
Oleh itu, maka berhati-hati itu lebih utama dan yang sedemikian itu telah diambil oleh para ulama daripada apa yang datang dalam hadits yang mulia:
“Berapa masa antara sahur s.a.w. dan sholat ? Dijawabnya : Sekadar 50 ayat. 50 ayat dikadarkan dengan seperempat jam atau sepertiga, atas sekurang-kurangnya. Oleh karena itu, imsak sebelum fajar dengan seperempat jam atau sepertiga jam adalah awla dan ahwath (terlebih utama dan terlebih berhati-hati).30 July at 13:13 · · 2 - Alfarisi Kluetku Oleh karena bab Ihtiyath (berhati-hati) dengan imsak itu luas dan dipersempitkanlah dia oleh seseorang itu atas dirinya menurut kehendaknya seperti dipuasakannya sehari yang sempurna itu dengan didatangkannya sebelum hari tersebut (yakni sebelum tiba fajar hari tersebut) dengan 10 minit atau 15 minit (sebagai ihtiyath bagi dirinya untuk mendapatkan kesempurnaan puasa satu hari tersebut). Karna menjatuhkan dirinya dalam keraguan pada yang sedemikian adalah satu keburukan dalam muamalah dengan Allah al-Jabbar s.w.t. Bahkan sewajarnya dia berihtiyath sebelum fajar, maka berimsaklah dia sebelum fajar. Dan pada Maghrib, sedemikian juga dia berihtiyath (berhati-hati) untuk tidak berbuka sehingga diyakini terbenamnya matahari. Wa billahit tawfiq.
Allahu a’lam
PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG IMSAK
Sebenarnya ketetapan waktu imsak sebagai ihtiyath itu punya dasarnya. Habib Hasan bin Ahmad bin Saalim al-Kaaf menyebut dalam “at-Taqriiraat as-Sadiidah fil Masaa-ilil Mufiidah” yang merupakan talkhish daripada ajaran guru-guru beliau terutama sekali al-’Allaamah al-Faqih al-Muhaqqiq al-Habib Zain bin Ibrahim bin Zain BinSmith, pada halaman 444 menyatakan :
…”Dan imsak daripada makan (yakni bersahur) itu mandub (disunnatkan) sebelum fajar kira-kira sekadar pembacaan 50 ayat ( sekadar seperempat jam @ 15 minit)”.
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari berbunyi:-
Daripada Sayyidina Anas meriwayatkan bahawa Sayyidina Zaid bin Tsabit r.a. berkata: “Kami telah makan sahur bersama-sama Junjungan Nabi s.a.w., kemudian baginda bangun mengerjakan sembahyang. Sayyidina Anas bertanya kepada Sayyidina Zaid:- “Berapa lamanya antara azan (Subuh) dengan masa makan sahur itu ?” Dia menjawab: “Kira-kira sekadar membaca 50 ayat.”
Hadis ini menunjukkan bahawa jarak atau senggang masa antara bersahurnya Junjungan s.a.w. dan azan Subuh ialah kira-kira 50 ayat. Sekali-kali ianya tidak membawa makna yang Junjungan s.a.w. makan sahur sehingga berkumandang azan Subuh, yang jelas ialah ia menyatakan bahawa Junjungan bersahur dan berhenti kira-kira kadar pembacaan 50 ayat sebelum masuk waktu Subuh. Inilah yang difahami oleh para ulama kita sehingga menetapkan kesunnahan berimsak dalam kadar pembacaan 50 ayat tersebut yang dianggarkan pada kadar 10 – 15 minit.
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani rhm. dalam “Fathul Baari” tatkala mensyarah maksud hadits di atas antara lain menyatakan:-
“Dan telah berkata Imam al-Qurthubi: “Padanya (yakni dalam kandungan hadits di atas) bukti atas bahawasanya selesai daripada sahur adalah sebelum terbitnya fajar….”
Jadi jelas dinyatakan oleh Imam al-Qurthubi bahawa selesainya sahur Junjungan Nabi s.a.w. menurut hadits di atas ialah sebelum terbitnya fajar (qabla thulu`il fajri), yang memberi maksud bahawa tidaklah Junjungan s.a.w. terus-menerus bersahur sehingga terbit fajar.
Selanjutnya Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani juga menyatakan bahawa:-
“Maka disamakan Zaid bin Tsabit akan yang demikian itu dengan ukuran pembacaan al-Quran sebagai isyarat bahawa waktu tersebut (yakni waktu senggang antara selesai sahur dan azan) adalah waktu untuk ibadah membaca al-Quran.”
Jadi bukanlah waktu itu untuk mengunyah makanan lagi, inilah yang dimaksudkan.
Al-’Allaamah Badruddin al-’Ayni rhm. pula dalam “‘Umdatul Qari” menyatakan:-
“Hadits Zaid bin Tsabit menunjukkan atas bahawasanya selesai daripada sahur adalah sebelum fajar dengan kadar pembacaan 50 ayat.”
Beliau juga menulis:-
“Bahawasanya padanya (yakni pada hadits Zaid tersebut) mentakhirkan sahur sehingga tinggal waktu antara azan dan makan sahur itu kadar pembacaan 50 ayat… maka dari situ ianya menunjukkan bahawasanya mereka (Junjungan Nabi s.a.w. dan sahabat ) menyegerakan dengan bersahur sehingga tinggal (masa) antara mereka dan fajar kadar yang tersebut.”
Yakni Junjungan dan sahabat berhenti bersahur dalam keadaan masa antara mereka dengan fajar itu kadar pembacaan 50 ayat dan tidaklah bermaksud yang mereka mentakhirkan sahur sehingga terbitnya fajar shodiq.
Imam an-Nawawi rhm. dalam “Syarah Muslim” tatkala mensyarahkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim daripada Abu Bakar bin Abu Syaibah yang kandungannya hampir sama dengan hadits Imam al-Bukhari di atas dengan perbezaannya bahawa dalam lafaz al-Bukhari dinyatakan “berapa kadar masa antara azan dan sahur” dan dalam hadits Muslim pula digunakan “berapa kadar masa antara keduanya”, menyatakan:-
“… padanya (yakni dalam hadits tersebut) terkandung anjuran untuk mentakhirkan sahur sehingga sedikit sebelum fajar”, ( yakni kita mengakhirkan makan sahur ke waktu yang hampir dengan fajar di mana selesainya kita bersahur masih berbaki sedikit waktu sebelum fajar shodiq terbit).
Tidaklah Imam an-Nawawi menyatakan bahawa mentakhirkan makan sahur itu sehingga terbit fajar, tetapi mentakhirkan sahur sehingga sedikit sebelum fajar. Perhatikanlah, dan bertitik tolak dari pemahaman di ataslah maka ulama kita menetapkan adanya waktu imsak yang sunnat untuk menyelesaikan makan sahur (yakni bagi yang telah bersahur).
Untuk lebih jelas kedudukannya dalam mazhab kita, lihatlah keterangan Al-’Allaamah Sayyid ‘Abdullah al-Jurdani dalam “Fathul ‘Allam bi syarhi Mursyidil Anaam” juzuk 4 halaman 59 yang menyebut:-
“Telah berkata Imam ar-Ramli rhm. seperti (kata) Imam Ibnu Hajar rhm. selepas menyebut kedua mereka akan hadits Zaid bin Tsabit tersebut: “
Dan padanya (yakni terkandung dalam hadits tersebut) penetapan bagi kadar yang menghasilkan dengannya kesunnahan mentakhir sahur. Iaitu yang afdhalnya bahawa ditakhirkannya sahur tersebut sehinggalah sekira-kira selesai daripadanya (yakni selesai daripada bersahur) dan masih berbaki malam (yakni masih belum terbit fajar shodiq) sekadar (pembacaan) 50 ayat.
Dan pendapat agar berhenti bersahur sebelum terbit fajar ini juga dapat dilihat dalam aqwal mazhab yang lain. Contohnya, Syaikh Abu as-Su`uud ad-Dusuuqi al-Maliki dalam “Haasyiah ad-Dusuuqi” juzuk 1 halaman 503 menyatakan:-
“Dan mentakhirkan sahur iaitu ke pertiga akhir malam, dan masuknya waktu untuk bersahur dengan pertengahan malam yang akhir dan jika diakhirkan ianya adalah afdhal. Maka telah warid bahawasanya Junjungan Nabi s.a.w. telah mengakhirkan sahur sehingga kira-kira selesainya baginda daripada bersahur dan terbitnya fajar (masa) kadar apa yang dibaca si pembaca 50 ayat.”
Sebagai keterangan tambahan, ada juga pendapat segelintir ulama (kata qil) yang berpegang bahawa kewajipan imsak berlaku sebelum terbitnya fajar shodiq, sebagaimana disebut oleh Ibnu Rusyd dalam “Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid” juzuk 2, mukasurat 37 di mana beliau, berhubung kata qil ini, menyatakan:-
“…Dan mereka yang berpendapat bahawasanya imsak itu wajib sebelum fajar shodiq, maka pendapat mereka ini adalah berdasarkan kepada ihtiyath dan saddudz dzarii`ah dan ianya adalah pendapat yang lebih wara` (berhati-hati) antara dua pendapat tersebut…”
Walau bagaimanapun, pendapat ini adalah kata qil yang tidak dipegangi dalam mazhab kita dan mazhab jumhur. Mazhab kita dan mazhab jumhur tidaklah mewajibkan imsak sebelum terbit fajar ini, hanya kita memandang sunnat dan afdhal untuk berhenti sahur kira-kira 10 – 15 minit sebelum terbit fajar. Oleh itu isu ini bukanlah perkara asasiyyah yang wajar untuk diperbesarkan.
Wallahu a’lam30 July at 13:14 · · 1 - Mukhlisuddin Marzuki Barakallah...wa syukrulillah...jawaban yang mengagumkan......
Dan saya bersyukur tgk...tadi pagi saat mengisi pengajian rutin di Mesjid Kecamatan..para jamaah mempertanyaan ttg Imsak...dan alhamdulillah dg adanya pertanyaan dri tgk salman 2 hari silam telah membuka kesempatan saya untk mengkaji dan menjawab para penanya.... - Alfarisi Kluetku luar biasa...bereh-bereh...cuma
n lon na yg hana awqa' finafsi lom tentang hadist2 tersebut, baik yg menentang atau yg mendukung...krn hana teme baca kiban penjelasan atau kekuatan hadist tersebut. - Nawawi Hakimis yang pakar hisab sona lam dayah..?
jeut lah ta lake bantu nibak beliau nyan ttg bahasan status.30 July at 14:43 · · 1 - Mukhlisuddin Marzuki sang hana loem na tgk Nawawi Hakimis,,,,
- Nawawi Hakimis Hm... kalau juru hisab lam kalender mudi ...?
- Alfarisi Kluetku Ahli hisap rame tgk Nawawi Hakimis hahahaha....30 July at 14:58 · · 1
- Mukhlisuddin Marzuki Hisap (pakek P) beda dengan hisab (pakek B) kan tgkl,,,hahahahha
- Alfarisi Kluetku wkwkkwkwk...
- 'Muhammad Iqbal Jalil hadist yg jadi landasan ihtiath,
Man hama haulal hima, yusyaqu an yaqa'a fiihi.30 July at 16:15 via Mobile · - Alfarisi Kluetku maksud lon tentang hadist nyoe "Jika salah seorang Dari Kamu Mendengar Adzan Sedangkan Ia Masih Memegang Piring (Makanan),Maka Janganlah Ia Meletakkannya Hingga Ia Menyelesaikan Hajatnya (makannya)
... [HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Hakim, dishahihkan oleh Adz Zahabi]
Ibnu Umar berkata, "Alqamah Bin Alatsah Pernah Bersama Rasulullah,Kemudian Datang Bilal akan mengumandangkan adzan, kemudian Rasulullah Saw Bersabda, "Tunggu sebentar wahai bilal..!, Alqamah sedang makan sahur"
[Hadist ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani] SERTA HADIST NYOE KIBAN MEFOM “Berapa masa antara sahur s.a.w. dan sholat ? Dijawabnya : Sekadar 50 ayat. 50 ayat dikadarkan dengan seperempat jam atau sepertiga, atas sekurang-kurangnya. Oleh karena itu, imsak sebelum fajar dengan seperempat jam atau sepertiga jam adalah awla dan ahwath (terlebih utama dan terlebih berhati-hati) - Mukhlisuddin Marzuki Nyan ka payah takaji hadist...lon angkat jaroee siploeehh ateh jeumala...31 July at 13:15 via Mobile ·
- Alfarisi Kluetku wkwkwk...kon menan tgk muklis, tpi krn seakan2 hadist tersebut mendukung kedua blh pihak...maka mesti petepat pat diduk surah hadist trsbut wlw tanyoe mntong tingktan muqallid...mnyoe koen lage ureng droene yg petepat socit laen....
- Ukhty Sarah minta izin share ya
Monday, 6 August 2012
Diskusi FB Tentang IMSAK PUASA
06:13
salmankluet
No comments
0 comments:
Post a Comment