Sunday, 27 October 2013

CINTA DALAM SEBUAH PERNIKAHAN

CINTA DALAM SEBUAH PERNIKAHAN


Kali ini saya ingin menulis tentang cinta dan pernikahan beranjak dari the experience of my life. Dalam tulisan ini saya tidak menguraikan apa arti cinta dan pernikahan berdasarkan referensi dan rujukan kepada buku, kitab atau orang lain tapi apapun yang keluar dari pikiranku melalui tangan akan saya tulis disini untuk menguraikan cinta dalam pernikahan. Pembahasan cinta dalam tulisan ini saya persempit pada cinta yang berujung dengan pernikahan walaupun pengertian dan objek dari cinta itu sangat luas.



APA ITU CINTA?

Cinta adalah suatu perasaan yang memberikan sebuah kebahagian yang tak bisa diukur dengan materialistic atau dengan harta bahkan nyawa. Cinta itu adalah suatu perasaan yang dimiliki oleh seseorang dan berbeda satu sama lainnya. Cinta itu sangat relatif dan bisa berubah kapan saja. Hidup ini tak ada artinya tanpa cinta, namun peletakan cinta pada tempat yang tidak diridhai Allah SWT adalah kesalahan besar bagi orang yang masih meyakini adanya sang pencipta. Cinta yang  baik adalah cinta yang didasari oleh sebuah keyakinan yang meyakini adanya sebuah cinta yang tak akan pernah pudar, yaitu cinta kepada sang pencipta cinta itu sendiri. Cinta yang berlandaskan kepada sebuah cita-cita yang sangat dicintai adalah cinta yang sangat murni dan penuh arti dalam hidup yang abadi yaitu hidup di hari akhirat kelak. Cita-cita tersebut adalah harapan semua orang yang beriman kepada Allah SWT yaitu cita-cita masuk surga yang penuh dengan nikmat dan cinta kasih sayang yang tak terhingga.


PENYEBAB TIMBULNYA CINTA ?

Penyebab atau faktor utama lahirnya cinta sangat banyak dan berbeda setiap orang. Sebagian orang jatuh cinta adakalanya karena pandangan pertama yang begitu menggoda, namun cinta yang datang pada pandangan pertama masih diragukan dan masih ada kekhawatiran akan hilang begitu saja. Setelah pandangan pertama maka datanglah pandangan kedua yang memperkuat pandangan yang pertama dan mempertanyakan kepada hati apakah saya jatuh cinta benaran atau berpura-pura jatuh cinta . Selanjutnya, cintalah itu sendiri yang berbicara bagaimana akhir dari pertemuan cinta yang dimulai oleh sebuah pandangan.

Cinta juga bisa dikarenakan oleh dasar sebuah prinsip dan keyakinan terhadap sang pencipta Alam semesta. Keyakinan tersebut melahirkan ketaqwaan dan kepatuhan kepada-Nya sehingga apapun yang dianjurkan mesti dijalani. Contohnya seorang mukmin meyakini bahwa sang pencipta dan berkuasa di Alam ini adalah Allah SWT. Allah SWT mengutus Rasul SAW untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasul SAW menyuruh umatnya agar melakukan kebaikan dan meninggalkan yang buruk, tentu saja baik dan buruk disini adalah baik dan buruk menurut Allah SWT. Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT menyuruh kepada umatnya untuk mencintai sesuatu itu karena Allah SWT. Apapun kegiatan dan profesi seseorang tidak boleh melenceng dari cinta kepada-Nya, artinya mengerjakan semua perintah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Bermula dari itulah seseorang mencintai sesuatu karena sang pencipta menyuruh untuk mencintainya hingga akhir hayat.


CINTA PALSU

Cinta paslu atau berpura-pura cinta ini sangat berbahaya dalam sebuah kehidupan. Seseorang yang saling mencintai dengan cinta palsu selalu diakhiri oleh sebuah kebencian, penipuan dan kehancuran. Banyak kasus di dunia ini orang yang sudah berumah tangga bertahun-tahun tapi hancur karena hanya satu kata. Kenapa itu terjadi? Itu dikarenakan pondasinya adalah cinta palsu yang tidak kuat untuk menahan muatan yang berat. Oleh karena itu, silakan bercinta dengan cinta yang hakiki, tentu akan membawa kepada sebuah kebahagian yang hakiki juga.


HUBUNGAN CINTA DENGAN PERNIKAHAN

Sebagaimana telah saya bahas sebelumnya beberapa faktor lahirnya cinta, maka pada bagian ini ingin saya tulis apa hubungan antara cinta dengan pernikahan. Banyak orang didunia ini menjalin hubungan cinta yang berakhir dengan sebuah pernikahan, namun tidak jarang juga orang yang menikah tanpa didasari oleh cinta. Ini bisa kita lihat pada zaman Siti Nurbaya” dimana orang tua saja yang menjodohkan anaknya dengan seseorang tanpa didahului oleh saling mengenal bahkan ada yang baru tau sang suaminya pada malam pengantin pertama. Cinta yang baik adalah cinta yang berkhir dengan sebuah ikatan ijab-kabul yang menghalalkan suatu yang haram dan mengharamkan sesuatu yang halal serta menambah saudara baru. Hubungan cinta yang hakiki dalam sebuah pernikahan bagaikan gula dan kopi yang telah dicampur dalam air panas. Artinya sebuah pernikahan itu sangat membutuhkan dan sangat ketergantungan kepada sebuah cinta. Sebuah pernikahan yang tidak memiliki ikatan cinta yang hakiki sangat mudah untuk hancur dan berantakan. Cinta itu bagaikan nasi yang selalu dibutuhkan oleh tubuh manusia, orang yang hidup tanpa cinta hidupnya bagaikan mayat yang tak bisa senyum apalagi tertawa. Kekurangan harta, kecantikan atau ketampanan akan ditutupi oleh cinta. Oleh karena itu memilih sang pendamping hidup dasarilah kepada cinta yang hakiki dan saling pengertian, sadarlah semua kita pasti memiliki kekurangan dan orang yang sukses dalam bercinta adalah orang yang bisa menutupi kekurangan dan saling pengertian. Carilah sang pendamping hidup itu dari keluarga yang baik walaupun tidak kaya, karena keluarga yang baik adalah keluarga yang dapat mengerti dan menerima kekurangan anda. Sadarlah kita bukan malaikat dan bukan Nabi yang terpelihara dari dosa, maka mulailah dengan meminta maaf dan sesering mungkin meminta maaf baik sesama kita maupun degan sang pencipta alam semesta ini. Sekianlah tulisan ini yang terinspirasi oleh sms-an saya dengan sang istri tersayangku Tisara yang sedang mengurusi anakku di Tanoh Indatu Aceh Serambi Mekah dan saya saat menulis tulisan ini sedang berada di Kuala Lumpur Malaysia pada jam 5 PM Tanggal 27 Oktober 2013. I Love you my wife and my baby, you are my life. I cannot life without you...




“HIDUP TANPA CINTA DAN KASIH SAYANG BAGAIKAN BATU YANG TAK BISA BERBICARA”

Saturday, 19 October 2013

Dinar Emas Rupiah Sebagai Solusi Mengatasi Riba Dan Inflasi


Indonesia terus dilanda krisis keuangan yang berkepanjangan, tanpa mata uang yang kuat seluruh rakyat Indonesia akan terus termiskinkan. Tahun 1946 1 US$ hanya Rp 1,88. Sedang sekarang sudah mendekati 1 US$ 12.000. Jadi nilai rupiah turun hingga hampir 6000 kali lipat lebih (6000%)!
Satu penyebab kemiskinan adalah inflasi, yaitu turunnya nilai mata uang dibanding dengan harga barang-barang yang jadi kebutuhan rakyat. Sebagai contoh, di Yogyakarta tahun 1990 harga sepiring nasi, telor dan ayam di warung Rp 1. 500. Di tahun 2013 ini nilainya menjadi Rp 22.000. Padahal banyak orang yang gajinya tidak naik selama kurun waktu tersebut. Kalau pun ada yang naik, tidak sebesar kenaikan harga barang.
Artinya jika dulu dengan uang Rp 135.0000 orang bisa makan 90 kali (3 kali sehari, 30 hari) pada tahun 1990, maka pada tahun 2013 dengan uang Rp 135.000 dia hanya bisa makan 6 kali (2 hari) saja! Akibat berbagai kenaikan harga barang yang sudah jadi “kebijakan” Pemerintah, maka nilai rupiah terus menurun. Jika sebelum krisis moneter tahun 1997-1998 nilai rupiah adalah sekitar Rp 2.200 per 1 US$, sekarang nilainya turun hampir menjadi Rp 12.000 per 1 US$. Ini adalah sebuah kezaliman yang dilakukan oleh sistem riba, bank dan uang kertas, sebuah pemiskinan masal melalui kebijakan kenaikan harga yang mendorong turunnya nilai rupiah atau inflasi.
Sejarah perjalanan Rupiah kita sejak awal berdirinya Republik Indonesia:
6 Maret 1946 : 1 rupiah menjadi 3 sen. Satu rupiah Jepang disamakan dengan tiga sen uang NICA yang mulai saat itu dinyatakan sebagai pengganti uang Jepang di daerah yang diduduki Sekutu.
7 Maret 1946 : Devaluasi rupiah sebesar 29,12%. Semula US$ 1 = Rp 1,88 menjadi US$ 1 = Rp 2,6525. Akan tetapi nilai tukar US$ dipasar bebas 19,50 pada Januari 1948
20 September 1949 : Devaluasi rupiah 1 US$ = Rp 3,80 Dengan catatan saldo perdagangan Indonesia sedang mengalami fase sangat tidak normal akibat kondisi perang dan revolusi
23 Oktober 1949 : Rp 100 = satu rupiah ORI (berlaku di luar Jawa dan Madura). Khusus di Jawa dan Madura, kurs penukaran adalah 5 : 1.
Februari 1952 : Devaluasi Rupiah sebesar 66,67%. Semula US$ 1 = Rp 3,80 menjadi US$ 1 = Rp 11,40. Dipasar gelap tahun 1954 1 US$ = Rp. 44,- dan tahun 1955 1 US$= Rp.48,-
25 Agustus 1959, uang harus “dikebiri” lagi. Uang kertas Rp 1.000,- (yang disebut si Gajah) dan Rp 500,- (si Macan) dinyatakan susut nilainya hingga tinggal 10%. Simpanan di bank yang nilainya melebihi Rp 25.000,- dibekukan. Maka cerita pilu pun bermunculan.
Rupiah didevaluasi dari 1 US$ = Rp. 11.40 menjadi 1 US$ = Rp. 45. Dipasar gelap 1 Us $ = Rp. 93,75 pada akhir September 1959 naik menjadi Rp. 250 akhir Desember 1959 dan Rp.550 pada akhir Januari 1960 dan Rp. 1000 pada akhir Desember 1962, Rp. 1300 akhir Januari 1963 menjadi Rp. 1900 Desember 1963
Tahun 1964 Rupiah didevaluasi 1 US$ = Rp. 250 namun dipasar gelap Januari 1964 = Rp. 2000,- Desember 1964 = Rp. 4700, Januari hingga Desember 1965 berturut-turut = Januari =Rp. 9.000, Feb = 8.500, Mar = 9000, Apr = 10.000, Mei = 10.000, Jun = 9.000, Jul = 11.000, Ags = 13.000, Sep = 12.000, Okt = 14500, Nov = 28.000, dan Desember 1965 Rp. 35.000 per Dolar AS. ‘Kejatuhan Bung Karno’
13 Desember 1965, Rp 1.000,- uang lama harus ditukarkan dengan uang baru senilai Rp 1,-. Keparahan ekonomi ini terlihat dari nilai AS $ 1 yang mencapai Rp 10.000,- uang lama (sama dengan kurs di awal 1998) atau Rp 10,- uang baru.
17 April 1970 Devaluasi 1 US $ = Rp. 378,-
Orde Baru perlahan-lahan mulai membangun perekonomian, pun dengan langkah devaluasi. Nilai rupiah dipotong 10% menjadi Rp 415,-/AS $ 1 pada 23 Agustus 1971.
“Kenop 15″ (1978) mematok AS $ 1 pada Rp 625,-. Orang miskin makin menjerit karena harga barang langsung melonjak
Karena tak sanggup menyangga rupiah, apa mau dikata, pemerintah harus memangkas lagi rupiah pada 29 Maret 1983. Dari Rp 700,- menjadi Rp 970,- per AS $ 1. Itulah mimpi buruk ketujuh.
“Pakto 88″, kependekan dari Paket Oktober 1988, berupa deregulasi perbankan dan upaya peningkatan kegairahan berinvestasi, dalam jangka pendek berhasil mendongkrak pertumbuhan. Namun, rakyat kebanyakan hanya bisa menyimpulkan, deregulasi tak lebih dari pengukuhan kejutan keuangan dua tahun sebelumnya, saat dolar AS melonjak ke angka Rp 1.600,–an.
Sejak Oktober 1997, rupiah dibiarkan mengambang bebas (free floating) sesuai pasar. Benar saja, dolar AS naik dari Rp 2.300,- ke Rp 3.100,- , ke Rp 4.000,-, melompat ke Rp 5.500,-, dan seterusnya. Pengamat pasar uang Theo Francisco Toemion mengistilahkan “rupiah terjun bebas” karena depresiasi puluhan persen tak lagi dalam kurun tahunan atau bulanan, melainkan harian.
Puncaknya adalah ketika AS $ 1 bernilai Rp 17.200,- pada April 1998, berarti rupiah terdevaluasi 750% dalam setahun. Terbayang akibat kejutan kesembilan ini, orang makan ayam goreng beserta kentang impor dan sayurannya harus membayar Rp 100.000,-, walau jika didolarkan tak lebih dari AS $ 6.’ Kejatuhan pak Harto’
Bagaimana Dinar Dan Dirham Bisa Mengatasi Riba?
Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna. Dalam hal sistem keuangan atau mata uang pun Allah dan Rasul-Nya mengajarkan kepada kita untuk menggunakan emas dan perak, baca juga Rencana Allah Dalam Penciptaan Emas Dan Perak. Islam mengajarkan kita untuk memakai uang emas yaitu Dinar (4,44 gram emas murni, setara 1/7 troy ounce), uang perak yaitu Dirham (31.11 gram perak murni, setara 1/10 troy ounce).
Usulan saya kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah ataupun Kesultanan yang berdaulat, sebagai langkah awal untuk solusi yang bisa menjadi jalan keluar yang dapat ditawarkan bagi kita semua dan pemerintah Indonesia. Bisa saja pemerintah mengeluarkan koin Rupiah emas seberat 4.44 gram (9999) atau 1/7 troy ounce, nilainya sekitar Rp 2.300.000 juta. Pemerintah mengeluarkan uang rupiah persis seperti sekarang, namun dipatok ke ke dalam Rupiah emas. Misalnya Rp 100.000 = 0,1 Rupiah emas atau Rp 50.000 = 0,05 Rupiah emas dan seterusnya. Dalam hal ini gaji atau kebutuhan pokok, barang komoditas dan jasa dapat dipatok 1 koin rupiah emas murni (4.44 gram atau 1/7 troy ounce) jadi gaji atau apapun otomatis naik mengikuti harga emas dan perak.
Mungkin ada yang beranggapan uang emas atau uang yang dipatok emas sudah tidak jaman, padahal tidaklah demikian. Negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat hingga tahun 1970 masih mematok uang (kertas) mereka dengan emas, tiap dollar yang dicetak bisa ditukar dengan emas dengan berat tertentu.
Hari ini beberapa negara bagian Amerika Serikat seperti Utah sudah mulai memakai emas dan perak sebagai mata uangnya karena takut uang kertas dollar Amerika itu hancur sejak 2011. Kemudian hal ini diikuti beberapa negara bagian lain seperti Minesotta, North Carolina dan Idaho. Sekarang 13 negara Bagian Amerika Serikat ingin mengikuti Utah yg sudah memakai emas dan perak sebagai mata uangnya.
Stabilitas nilai emas dan perak dapat dibuktikan dari riwayat hadist sahih Imam Bukhari yang menyatakan bahwa pada zaman Nabi harga 1-2 ekor kambing besarnya 1 dinar emas (4.44 gram emas 24 karat atau sekitar Rp 2.300.000 per hari ini tanggal 3/10/2103). Setelah 1.400 tahun kemudian ternyata harganya juga 1 dinar emas. Hampir tidak ada inflasi pada uang emas meski rentang waktu 1.400 tahun lebih.
Hadits riwayat Bukhari sebagai berikut: ”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi saw. memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau, lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi saw. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanahpun, ia pasti beruntung.” (H.R.Bukhari)
Pada tahun 1970 harga emas Rp 480/gram sedang ongkos naik haji Rp 182.000. Lalu 42 tahun kemudian ongkos naik haji tahun 2012 sebesar Rp 30 juta dan harga emas Rp 460.000/gram. Artinya, jika seseorang meminjamkan uang Rp 460.000 di tahun 1997, dia akan rugi besar jika dikembalikan tanpa bunga (riba) di tahun 2011 sebesar Rp 460.000, kenapa? Karena di tahun 1997, dengan uang Rp 460.000 seseorang dapat membeli 958 gram emas dan dapat mengongkosi dua orang orang untuk naik haji berikut uang sakunya.
Sementara di tahun 2011, dia cuma bisa beli 1 gram emas saja dan tidak bisa dipakai untuk naik haji. Jangankan buat naik haji, untuk membayar tiket pesawat Garuda ke Yogyakarta saja kurang. Sebaliknya jika dia meminjamkan uang dalam bentuk emas, yaitu 958 gram emas di tahun 1970, maka di tahun 2012 pun dia tetap bisa naik haji sebab tahun 2011 nilai emas naik jadi Rp 42 juta.
Jadi jika kita memakai uang emas dan perak, tanpa mengambil riba pun kita tidak akan rugi. Sementara dengan uang kertas akan sangat merugi. Jadi riba lebih mudah dikikis jika kita menggunakan uang emas dan uang perak.
Tapi sekali lagi, selama nilai Rupiah tidak jelas atau tidak dipatok dengan emas, maka Rupiah terus akan menjadi sasaran empuk spekulan uang. Di jaman Preseiden Habibie 1 US$ = Rp 7000. Di jaman Presiden Megawati dan Gus Dur jadi 1 US$ = Rp 8.000. Hari ini, dengan pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono, Rupiah telah turun mendekati 1 US$ = Rp 12.000. Itu artinya bangsa Indonesia termiskinkan akibat hancurnya mata uang kertas rupiah.
Mari kita kita mulai hijrah dari sistem riba yang akan hancur kapan saja, mulai bermuamalah dengan dinar dan dirham, kita tidak perlu repot menaikkan harga lagi. Sebab nilai uang kita otomatis mengikuti nilai-nilai barang lainnya karena sama-sama barang atau commodity money.
Saat ini Islamic Mint Nusantara telah mencetak dan mengedarkan dinar dan dirham sejak tahun 2000 melalui Dinarfirst dengan nilai tukar jual-beli yang wajar dan mengikuti harga emas dunia.  Untuk mendapatkan dinar dan dirham murni silahkan hubungi wakil Dinarfirst atau langsung CALL/WA/SMS +6287719971991.
Hal ini mungkin dapat menjadi contoh bagi pemerintah Republik Indonesia atau wilayah Kesultanan yang ingin menerapkan usul kami di atas, jika memang ingin negeri ini keluar dari penjajahan sistem riba dan pemiskinan massal akibat Rupiah kita yang terus melemah.
Mohon sebarkan tulisan kepada teman, saudara dan komunitas atau milis-milis, blogsite , dan website yang anda miliki. Jangan lupa cantumkan sumber: http://dinarfirst.org/dinar-emas-rupiah-sebagai-solusi-mengatasi-riba-dan-inflasi/
(Abbas Firman, IMN-World Islamic Standard, 2000-2013)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews