Al-hamdulilah di umur saya yang ke-30 dan
memiliki seorang anak saya masih diberikan kesempatan dan kekuatan oleh Allah
SWT untuk bertemu Bulan Suci Ramadhan 1434 H/2013 H yang penuh barakah dan
kemulian. Puasa kali ini saya jalani di negeri jiran Malaysia tepatnya wilayah persekutuan Kuala
Lumpur tanpa ditemani isteri dan anak. Pertualangan kali ini saya coba
menceritakan sedikit pengalaman berpuasa di negeri jiran tersebut. Hari pertama puasa Ramadhan tahun ini di Malaysia sama dengan di Indonesia
yaitu pada hari Rabu tanggal 10 Juli 2013. Penetapan tersebut adalah keputusan
resmi kerajaan Malaysia untuk dilaksanakan oleh seluruh umat muslim di seluruh
Malaysia. Keputusan resmi dari kerajaan tersebut jauh berbeda dengan Negara kita
Republik Indonesia, dimana kita tidak
menemukan perdebatan dan perselisihan yang berarti antara kelompok atau organisasi. Hal ini
sangat jauh berbeda dengan Indonesia, dimana pengikut Muhammaddiah mengeluarkan
fatwa bahwa puasa dimulai pada hari Selasa sehingga terjadilah perang urat
saraf antar pengikut kelompok tertentu.
Hari pertama puasa, saya berbuka puasa bersama dengan kawan-kawan di Sultan Haji Ahmad Shah
Mosque sebuah Mesjid kebanggaan mahasiswa International Islamic University
Malaysia yang terletak di tengah-tengah kampus tersebut. Makanan dan minuman
yang begitu lezat disini disediakan oleh donator-donatur yang ikhlas yang
berharap Ridha Allah. Disini berkumpul mahasiswa/i sekitar 800 orang yang
berasal dari berbagai Negara seperti Yaman, Arab Suadi, Afghanistan, Negeria,
Afrika dan berbagai Negara lainnya termasuk Indonesia.
Pada hari kedua dan ketiga saya tidak berbuka
di masjid, tapi saya dan kawan-kawan dari Aceh berbuka puasa bersama di rumah
kawan-kawan yaitu rumah Jalaluddin Alfarisi dan Martunis Aswad yang berasal
dari Aceh sebagai mempererat tali silaturrahmi sesama warga Aceh di negeri
perantauan.
Pada hari ke-4 saya kembali lagi untuk berbuka
puasa di Masjid Kampus Universiti Islam Antara Bangsa Malasyia. Selanjutnya
pada hari ke-5 saya dengan Saudara Boby Kamaruzzaman menuju Mesjid Negara
Malaysia. Disini kami bertemu banyak saudara-saudara kita dari berbagai bangsa
dan suku yang berbuka puasa dan melaksanakan shalat magrib berjama’ah.
Nilai-nilai kebersamaan dan silaturrahmi terus terpupuk sesama umat Islam. Dalam
masjid yang mewah dan indah ini kami juga bertemu warga Aceh yang sedang
berkunjung ke Malaysia yang terdiri dari mahasiswa yang sedang kuliah di
Universiti Malaya dan warga lainnya.
Pada hari yang ke-6 kami melanjutkan
pertualangan kami ke Masjid Wilayah, sebuah masjid yang sangat indah dan megah
di Malaysia. Disini juga disediakan makan dan minum gratis bagi siapa saja yang
mau berbuka puasa. Pada hari ke-7 kami
gunakan kesempatan untuk safari Ramadhan di Masjid As-Syakirin Gombak yang
berdekatan dengan Ong Tai Kim.
Sementara pada hari yang ke-8 kami kunjungi mesjid yang begitu megah di Wangsa Maju yaitu masjid Usamah bin Zaid, mesjid ini bertingkat 3. Tingkat 2 dan tiga digunakan tempat ibadah, sementara lantai satu digunakan tempat farkir, wudhuk. toilet, dan tempat makan.
Pada hari yang ke-9 kami bergerak menuju masjid Shalahuddin Al-Ayyubi Taman Melati Gombak.
Pada hari yang ke-10, Masjid Al-Khairiyah Taman Sri Gombak Batu Caves Selangor.
HARAPAN DI ACEH
Dari beberapa masjid yang telah kami kunjugi
bahkan hampir seluruh surau menyediakan menu buka puasa bagi siapa saja secara
gratis. Kebersamaan dan kedermawanan masyarakat Malaysia patut menjadi contoh bagi
masyarakat Indonesia, khususnya Aceh. Dimana Aceh adalah negeri syariat, semoga
masyarakatnya betul-betul bersyariat dan pemurah.